Hubungan Interdependensi Kompleks Amerika Serikat Dan China
- Pages: 8
- Word count: 1769
- Category: Chinese
A limited time offer! Get a custom sample essay written according to your requirements urgent 3h delivery guaranteed
Order NowThe purpose of this paper it to examine US-‐China relation mostly in economy aspect and how the cooperation work while in the same time competition in spreading influence between two major power are exist. This paper also analyzed whether the US-‐China relation can be categorized as a complex interdependence. To analyze this case, the writer used complex interdependence concept from Robert Keohane and Joseph Nye which could explain the complexity of US-‐China relation. The writer used 3 indicators according to Keohane and Nye to examine whether US-‐ China relation can be categorized as a complex interdependence. The indicators are: 1) The use of multiple channels between societies in interstate, trans-‐governmental, and transnational relations; 2) The absence of hierarchy among issues; 3) The decline of using military force towards other government to achieve ends. In this paper, the writer found that a complex interdependence happened between these two major powers. With big range of issues and complex relation between them, cooperation brought benefits for both parties but conflictual and competition were not definitely eliminated.
PENDAHULUAN Sejak tahun 1980an, hubungan strategis mulai diperlihatkan oleh Amerika Serikat (AS) dan Cina. Setelah pecahnya hubungan antara Uni Soviet (USSR) dengan Cina, AS mulai menjalin hubungan dengan Cina dan melihat hubungannya dengan negara tersebut sebagai suatu jalan untuk meredam kekuatan Soviet. Namun kehancuran Soviet membuat Cina menjadi satu-‐satunya negara dengan paham komunis terbesar yang mengancam AS. Saat ini Cina yang merupakan negara dengan kekuatan ekonomi yang terus menguat diprediksi dapat mengimbangi kekuatan AS. Meskipun kedua negara yang disebut major countries ini terus bersaing dalam menyebarkan pengaruhnya, hubungan kerjasama yang semakin erat di tahun-‐tahun terakhir terus dilakukan dan bahkan dilihat adanya bentuk interdependensi antar kedua negara. Sehingga muncul pertanyaan apakah hubungan yang dijalin Washington dan Beijing merupakan hubungan yang dapat dilihat sebagai interdependensi kompleks (complex interdependency) dan bagaimana bentuk kerjasama yang kompleks antar kedua negara yang juga saling berkompetisi untuk menyebarkan pengaruhnya.
Pada dasarnya setiap negara akan bersaing untuk menyebarkan pengaruh dan memperoleh power.1 Ketika ada negara lain yang dianggap mengancam atau menyaingi kekuatan hegemoninya, negara akan melakukan berbagai cara untuk mengungguli atau menyeimbangkan kekuatan lawan dengan berbagai cara seperti meningkatkan kekuatan militer sebagai bentuk persaingan, membentuk lebih banyak aliansi dengan negara-‐negara lain, dan menyebarkan pengaruh yang lebih besar. Namun yang terjadi pada AS dan Cina adalah justru kerjasama yang dijalin antar kedua negara yang notabene sedang berkompetisi. Washington dan Beijing terus menciptakan hubungan yang kooperatif dalam berbagai aspek dari tahun ke tahun. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa apakah hubungan AS dan Cina dapat dikategorikan sebagai complex interdependency dengan menganalisa indikator-‐ 1 Morgenthau, Politics Among Nations: the struggle for power and peace (New York: McGraw-‐Hill, 1993) hal. 25 indikator yang ada. Selain itu tulisan ini juga akan melihat bentuk kerjasama yang dilakukan antar kedua negara yang juga saling berkompetisi antar satu dengan yang lain.
KERANGKA TEORI Konsep complex interdependence dalam hubungan internasional yang dicetuskan oleh Robert Keohane dan Joseph Nye melihat bahwa negara melakukan berbagai hubungan transnasional yang kompleks dan adanya saling ketergantungan antar negara dan masyarakat yang meningkat, sedangkan penggunaan kekuatan militer dan pengimbangan kekuatan (balance of power) menurun namun tetap dianggap penting. Keohane dan Nye berpendapat bahwa dengan menurunnya penggunaan kekuatan militer sebagai instrumen kebijakan dan meningkatnya interdependensi dalam bidang ekonomi dan aspek lainnya, kemungkinan adanya kerjasama antar negara akan meningkat. Dalam konsep interdependensi Keohane dan Nye, mereka menekankan adanya perbedaan antara dependensi dan interdependensi dalam menganalisa kekuatan setiap negara dan hubungannya dengan aktor-‐aktor internasional.2 Ada 3 karakteristik yang digunakan oleh Keohane dan Nye untuk mendeksripsikan complex interdependence, yaitu: 1) Adanya berbagai alur yang menghubungkan masyarakat antar negara, antar-‐pemerintah, juga hubungan transnasional;
2) Tidak adanya hierarki isu dengan agenda yang terus berubah dalam hubungan antar suatu negara; 3)Tidak adanya penggunaan kekuatan militer atau koersif sebagai suatu kebijakan terhadap negara lain untuk menangani isu-‐isu yang ada ketika interdependensi kompleks telah terjadi.3 Ketiga karakteristik ini dapat digunakan sebagai indikator untuk menganalisa apakah hubungan suatu negara dengan negara lainnya telah dikategorikan sebagai complex interdependence. 2 3 R.O. Keohane dan Joseph Nye, Power and Interdependence (1997) hal 122-‐132 Ibid., hal 24-‐25 ANALISA KASUS 1.1 Hubungan Sino-‐AS : Interdependensi Hubungan AS dan Cina semakin menguat saat ini. Keterkaitan dalam kerjasama ekonomi terlihat semakin mendalam. Sebagai salah satu negara “pabrik dunia”, Cina memproduksi barang dengan biaya produksi murah dan mengekspor kembali barang-‐barang tersebut ke AS sehingga memperoleh surplus yang tinggi. Cina memberikan pinjaman devisa kepada AS untuk meningkatkan kegiatan domestik sehingga akan memberikan kesempatan ekspor yang lebih tinggi lagi bagi Cina.
Hal ini membuat adanya kegiatan ekonomi yang saling tergantung antar keduanya. Jumlah ekspor Cina mencapai 2.6 triliun dollar AS, sebaliknya jumlah ekspor AS mencapai 2.1 triliun dollar AS.4 Dalam nilai investasi langsung, investasi AS mencapai 50 juta dollar dalam industri dan sedangkan Cina mencapai 12 juta dollar.5 Saat ini Cina merupakan pasar ekspor ke-‐3 terbesar bagi AS dan partner dagang ke-‐2 terbesar bagi AS. Sebaliknya bagi Cina, AS merupakan merupakan partner dagang pasar ekspor terbesar bagi negaranya.6 Dalam interdependensi, tidak semua interaksi dan kerjasama yang dilakukan oleh negara dalam politik internasional merupakan bentuk interdependensi, hanya ketika adanya dampak yang berbahaya atau kerentanan pada negara yang saling berhubungan maka interdependensi terbentuk.7 Hal ini menunjukkan bahwa interdependensi ekonomi yang mendalam terjadi pada AS dan Cina karena perubahan yang buruk pada salah satunya akan memberikan dampak yang buruk juga bagi keadaan keduanya.
4 Foreign Policy Initiative, “FPI Analysis: Assessing U.S Policy Towards China”, Foreign Policy Initiative, 15 Februari 2011, [diakses 29 September 2012] 5 Euronews, “US and China economically interdependent”, Euronews, 11 Januari 2011, [diakses 29 September 2012] 6 Office of the US Trade Representative, “China”, [diakses 29 September 2012] 7 R.O Keohane dan Joseph Nye, Power and Interdependence: World Politics in Transition (New York: Little, Brown and Company, 1977), hal. 9 Dalam hubungannya, meskipun Washington dan Beijing menjalin hubungan kerjasama yang cukup mendalam dalam bidang ekonomi, dalam aspek politik keduanya masih sering mengalami ketidaksepahaman. Namun dalam dalam beberapa tahun terakhir, AS dan Cina menunjukkan bahwa kerjasama mereka menghasilkan solusi yang baik dalam memecahkan beberapa isu internasional, misalnya dalam perannya menangani isu nuklir Korea Utara melalui Dewan Keamanan PBB yang bersama-‐sama membentuk Six Party Talk, kesepakatan dalam resolusi PBB untuk menangani isu nuklir Iran, dan juga kesepahaman dalam menangani isu Burma.
Namun ketidaksepahaman dan kompetisi dalam menyebarkan pengaruh tetap terjadi antar kedua negara, misalnya dalam sengketa Laut Cina Selatan, juga ideologi yang berbeda seringkali membuat mereka tidak mempercayai satu sama lain. Sehingga interdependensi yang terjadi di satu sisi memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak namun di sisi lain juga tetap terjadi kompetisi dalam politik internasional. 1.2 Complex Interdependence Dalam hubungan kedua negara, berbagai alur atau cara baik formal maupun informal telah dilakukan oleh Washington dan Beijing. Kedua negara telah menandatangani kesepakatan untuk mengadakan komunikasi yang bersifat konfidensial langsung lewat telepon antar kedua kepala negara.8 Selain itu komunikasi melalui surat bahkan pertemuan secara langsung antar presiden juga pernah dilakukan oleh Hu Jintao dan Bush pada masa pemerintahannya. Pertemuan dan dialog ke-‐4 mengenai hubungan strategis dan ekonomi (China-‐US Strategic and Economic Dialogues) telah dilakukan antar Washington dan Beijing pada tahun 2012.
Selain itu pada tahun 1990an, perusahaan multinasional juga memainkan perannya dalam melobi pemerintah AS untuk menormalisasikan hubungan perdagangan 8 Office of the Press Secretary, “U.S.-‐China Joint Statement”, The White House, 17 November 2009, [diakses 30 September 2012] dengan Cina. Sehingga komunikasi dalam berbagai alur maupun cara telah dilakukan antar kedua negara. Kemungkinan adanya penggunaan kekuatan militer dari AS dan Cina juga telah menurun. AS dan Cina tidak lagi mendefinisikan hubungan mereka hanya dalam isu keamanan. Cina tidak lagi sepenuhnya melihat AS mengancam negaranya dengan kekuatan militer, terutama setelah gerakan separatis di Taiwan telah berhasil diredam dan situasi di Selat Taiwan telah terkendali. Selain itu usaha Cina dalam mempererat hubungan dengan negara-‐negara berkembang dalam bidang ekonomi juga membuat ia memiliki peran yang aktif dalam menangani isu global yang sedang berkembang. Dengan adanya interdependensi terutama dalam bidang ekonomi, peran kekuatan militer menjadi semakin kurang efektif dalam mencapai tujuan politik yang diinginkan. Hal ini menyebabkan semakin berkurangnya penggunaan kekuatan militer dalam hubungan kedua negara. Kedua negara dalam hubungannya menangani berbagai isu yang kompleks.
Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, AS-‐Cina bersama menangani berbagai isu seperti perdagangan, hak asasi manusia, isu keamanan nuklir, perbatasan, energi-‐ lingkungan, dan hampir setiap aspek penting bagi negara. Isu-‐isu yang ditangani dalam hubungan kedua negara juga tidak lagi dapat dikelompokan dan dipisahkan. Sulit untuk menggolongkan mana isu yang penting atau dominan dalam keseluruhan isu yang begitu banyak dibahas oleh Cina dan AS. KESIMPULAN Hubungan antara Cina dan AS dapat dikategorikan sebagai hubungan interdependensi yang kompleks. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya hubungan melalui berbagai alur dan cara antar kedua negara baik secara formal maupun informal. Hubungan antar negara tidak lagi sangat terbatas, namun berbagai aktor dan masyarakat dalam negara dapat saling berhubungan dengan negara lain.
Beragamnya isu-‐isu yang ditangani dan diperhatikan oleh kedua negara juga memperlihatkan hilangnya hierarki isu, sehingga sulit untuk menentukan mana isu yang dominan dan mana yang tidak karena semuanya mempunyai posisi yang penting dan berpengaruh. Kedua negara juga memperlihatkan bahwa semakin berkurangnya penggunaan kekuatan militer sebagai salah satu pilihan kebijakan demi pencapaian kepentingan. Hubungan AS-‐Cina tidak lagi hanya dilihat dari aspek keamanan (security) namun melihat aspek lain misalnya dalam hal ekonomi dalam pencapaian kepentingan melalui hubungan kerjasama. Dalam perkembangannya, AS dan Cina terus melakukan kerjasama untuk menangani berbagai isu namun pada saat yang bersamaan persaingan dan kontradiksi tetap mewarnai hubungan mereka. Tidak dapat disangkal bahwa kedua negara besar ini saling berkompetisi melakukan penyeimbangan kekuatan (balance of power). Kerjasama yang dilakukan tidak sertamerta membuat kedua negara menjadi sahabat baik dan sepakat dalam segala hal, namun hubungan bilateral yang dilakukan merupakan hubungan yang paling penting bukan hanya bagi kedua negara, namun juga bagi kawasan internasional. Interdependensi dapat dilihat sebagai suatu jalan untuk mencapai keseimbangan atau balance of power dalam politik internasional.
References:
DAFTAR PUSTAKA Morgenthau, Hans. J & Thompson, Kenneth. W. 1993. Politics Among Nations: the struggle for power and peace. New York: Mc-‐Graw Hill. Keohane, Robert. O & Nye, Joseph. S. 1997. Power and Interdependence. Foreign Policy Initiative, 2011, FPI Analysis: Assessing U.S Policy Towards China. Foreign Policy Initiative, http://www.foreignpolicyi.org/content/fpi-‐analysis-‐ assessing-‐us-‐policy-‐towards-‐china, diakses 29 September 2012 Euronews, 2011, US and China economically interdependent, Euronews, http://www.euronews.com/2011/01/19/us-‐and-‐china-‐economically-‐ interdependent/, diakses 29 September 2012 Office of the US Trade Representative, China, http://www.ustr.gov/countries-‐ regions/china, diakses 29 September 2012 Keohane, Robert. O & Nye, Joseph. S. 1977. Power and Interdependence: World Politics in Transition. New York: Little, Brown and Company. Office of the Press Secretary, 2009, U.S.-‐China Joint Statement, The White House, http://www.whitehouse.gov/the-‐press-‐office/us-‐china-‐joint-‐statement, diakses 30 September 2012 Xin Hua, 2010, Wang stresses China, US eonomic interdependence, China Daily, http://www.chinadaily.com.cn/china/2010-‐05/24/content_9886089.htm, diakses 29 September 2012